Wednesday, November 26, 2008

Aachen komme ich!

Dingin, bosan dan lapar. Pesawat datang pagi, tetapi kereta ke Aachen masih jam 1.43 siang. Memang susah bawa makanan yang masih sedikit fresh dari tanah air yang masih bisa dinikmati setelah seharian lebih dalam perjalanan.

Kalau mau irit mesti sangu, ato sang penjemput bawakan sarapan. Lumayan untuk mengganjal perut sampai kereta berangkat. Tapi kalo terpaksa, beli juga banyak toko. Untuk yang ngga yakin bakalan cocok dengan makanan Jerman, McD juga ada kok.

Memang sih semua transaksi sudah harus dilakukan dengan mata uang Euro. Tapi kalau lupa bawa persiapan Euro, jangan kuatir, money changer letaknya dekat dengan pintu keluar kedatangan. Cuma jangan tukar Rupiah lho, mereka terimanya Dollar dan beberapa mata uang intenasional aja.



Dan satu hal yang perlu dipertimbangkan, kalau bisa tidak usah bawa uang Rupiah banyak-banyak. Cukup untuk bayar fiscal dan airport tax pada saat keberangkatan saja. Karena walaupun aku kebetulan tidak sengaja terbawa cukup banyak uang Rupiah, ternyata sampai disini mupeng pengen nuker ngga ada yang mau terima. :(


Suasana terminal kedatangan Frankfurt


Sambil menunggu penjemput, kami menunggu di tempat duduk di terminal kedatangan. Ada sesuatu yang menyenangkan. Disini banyak para penjemput yang benar-benar suka mendramatisir keadaan.


Tapi lucu juga, waktu itu ada yg bawa bunga dan balon bentuk hati dengan tulisan ‘love’, kaya di pilm2 aja. Dia jemput ceweknya. Wah, abis itu ada adegan pelukan, dan tangisan. Penunggu yg lain juga sedikit ramai menyoraki deh. Walaupun ngga norak2 amat sorakannya.


Banyak juga yg jemput bawa bunga. Kayanya ini emang budaya mereka. Menyenangkan. Dan mungkin kalau kalian tinggal lebih lama disini, kalian akan benar-benar bisa membuktikan betapa mereka bisa dengan bebasnya mengekspresikan ungkapan hati mereka. Sesuatu yang terkadang dianggap tabu oleh budaya Indonesia. Tapi yah.. kadang perasaan memang tidak hanya cukup dipendam.. :)


Salah satu ruang tunggu stasiun kereta Frankfurt am Main

Dekat waktu keberangkatan kereta, kamipun beranjak dari terminal kedatangan bandara menuju stasiun kereta Frankfurt am Main. Dengan bis shuttle yang bisa langsung mengantarkan kita menuju stasiun tersebut, kamipun tiba hanya dalam waktu 5 menit.

Keluar dari terminal kedatangan, udara sangat dingin langsung terasa menusuk. Jika selama di bandara kita cukup dengan pakaian yang menempel sama seperti kita meninggalkan Indonesia, mungkin karena memang sudah memasuki musim dingin, kita memang benar-benar sudah harus ganti kostum. Jaket tebal, kaus tangan dan syal bisa sangat membantu.
Kereta eksekutif ICE

Kebetulan kereta yang akan kami naiki ternyata kereta kelas eksekutif, ICE. Perjalanan kami tempuh dari Frankfurt ke Aachen hanya dalam waktu 2 jam-an. Lain halnya jika kita naik kereta kelas bisnis atau ekonomi, wah, bias sampai 6 jam-an lho.

Anyway, walaupun sama-sama eksekutif, ngga sama lho dengan kereta di Indonesia. Keretanya lebih keren. Hehehe.. Liat aja furniture dan accessoriesnya. Cieee.. segitunya..

Situasi dalam kereta eksekutif ICE

Akhirnya kami sampai juga di Aachen. Aachen termasuk kota pinggiran, yang sering juga dikenal dengan kota study. Sama seperti Jogja gitu deh. Kota besar terdekat adalah Köln dan Dusseldorf. Rute perjalanan dari Frankfurt ke Aachen sebenarnya melewati Köln.

Jika sepanjang perjalanan kita sempat berhenti sebentar dibeberapa stasiun untuk mengangkut penumpang, di stasiun Köln kita akan berhenti cukup lama. Pemandang sungai Rhein sempat terlihat dari stasiun. Tapi jangan berfikir untuk loncat turun dulu. Ntar ketinggalan kereta lho. Kan kapan-kapan bisa balik lagi.. :)

Hauptbahnhof Aachen

Kereta berhenti di Hauptbahnhof, stasiun kereta api utama. Dari sana, kami naik bis untuk menuju tepat penginapan kami, sebuah asrama khusus mahasiswa, yang juga menyediakan kamar yang cukup luas bagi mahasiswa yang kebetulan membawa keluarga.

Dikelola oleh Studentenwerk, asrama yang terletak di daerah Haaren ini termasuk daerah pinggir kota Aachen juga. Untuk kekota diperlukan waktu setengah jam perjalanan dengan bis. Waah.. setelah sampai, langsung deh kita terkapar.. Capek!!


Dalam berapa waktu sesudahnya, suami sudah aktif mengikuti perkuliahan, di salah satu program kurikulum studinya ada program ekskursi. Berikut foto suami dan kolega-koleganya di Pabrik Areva, Monchengladbach, Jerman:



No comments:

Post a Comment